DaerahGarda ManokwariSeputar BNN

Camaru STIH – Manokwari, Harus Bebas Narkoba, dan Peduli Lingkungan

MANOKWARI, gardapapua.com — 276 Calon Mahasiswa Baru (Camaru,red), Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH) Manokwari, harus menjadi manusia intelektual yang bebas dari pengaruh narkoba dan peduli menyelamatkan lingkungan kehidupan sosialnya dari jeratan zat adiktif narkotika dan sejenisnya.

Hal itu dihimbaukan oleh Drg. Indah Perwitasari, S.Kg, selaku Kepala bidang pencegahan pemberdayaan masyarakat BNNP Papua Barat, saat memberikan materi tentang bahaya penyalahgunaa narkoba, dalam sesi pelaksanaan pengenalan kehidupan kampus bagi mahasiswa baru (PKKMB) di Sekolah tinggi ilmu hukum (STIH) Manokwari, kamis (29/8/2019), bertempat di Kampus STIH Manokwari, Jalan Gaya Baru, Wosi, Manokwari.

” Kita harus peduli dan mengingatkan kepada sesama kita. Pakai narkoba itu tidak ada yang enak. Kita sebagai manusia intelektual harus bisa jadi contoh dan teladan menangkal bahaya masuknya pengaruh negatif penggunaan narkotika dan golongannya, “Himbau Drg. Indah Perwitasari, S.Kg, selaku Kepala bidang pencegahan pemberdayaan masyarakat BNNP Papua Barat.

Selain itu, target dari para bandar narkoba adalah dalam 5 – 10 tahun kedepan, tidak ada lagi para calon – calon generasi penerus generasi bangsa asli dari setiap daerahnya.

Sebab, misi para pengedar dan bandar narkotika, menggunakan senyawa kimia narkotika dan sejenisnya adalah sebagai bentuk senjata pembunuh generasi muda.

Sehingga sebagai generasi muda, harus peduli lingkungan. Bukan sebaliknya menjadi sarana yang merusak moral bangsa dan mencari keuntungan diatasnya.

” Saya sangat sedih melihat anak – anak papua dan lingkungan kita sendiri, kita tidak bisa selamatkan mereka dari keterlibatan dan ketergantungan zat kimia, seperti lem/aibon – fox. Saya ajak kita harus jadi contoh dan teladan dan selamatkan lingkungan kita, “Paparnya

Dibeberkannya, bahwa hingga kini telah diketahui, sebanyak 1 ton narkoba pertahun diperkirakan telah masuk di Papua Barat. Kondisi ini mencerminkan, bahwa generasi di Papua barat belum sepenuhnya memiliki kecintaannya kepada NKRI.

Penyebabnya lain, tidak dipungkiri hingga kini kualitas SDM, dan moda peralatan pendektesian terhadap narkoba sejenis x-ray, ditempat pelayanan umum seperti bandara, dan pelabuhan belum lengkap.

Sisi lainnya, dalam mendukung dan meminamilisir terpapar pengaruh narkoba adalah dengan menjaga pergaulan dalam kehidupan sosial.

” Itu karena bukti tidak memiliki cinta NKRI. Kita harus sadar bahwa sejak tahun 2016, telah tercatat sudah ada 800 anak usia dini yang rusak mentalnya dimulai dengan menggunakan lem aibon/fox dan senyawa zat adiktif kimia tersebut. Ini tersebar di kota Kaimana, manokwari dan sorong,”Tukasnya.

Dengan demikian, wujud dan komitmen Pemuda yang keren tidak pakai narkoba, dapat bersama diterapkan di wilayah provinsi Papua Barat, kota Manokwari, khususnya dalam lingkungan kampus STIH Manokwari. [Ian/Red]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *