Aspirasi RakyatBudayaDaerahGarda Sorong RayaUncategorized

Jangan Rampas dan Politisasi Hak Kesulungan Orang Asli Papua

Oleh : Yehezkiel Kalasuat Sekjend GEMPHA PBD, Tokoh Pemuda Malamoi Sorong, PBD

SORONG, gardapapua.com — Aspirasi masyarakat terkait jaminan hak politik orang asli Papua sesuai amanat Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2021 tentang Otonomi Khusus Papua, terus mencuat ke publik.

Demikian tentu mengacu pada aturan dan kewenangan yang dimiliki Majelis Rakyat Papua (MRP) sebagai lembaga kultural representatif orang asli Papua, di dalam kelembagaan.

Tentunya, apa yang diperjuangkan tak lain dalam mempertahankan hak politik orang asli Papua dalam Pilkada 2024 diharapkan tidak mendiskriminasi warga nusantara yang mendiami Tanah Papua.

Seperti contoh, ada beberapa figur atau sosok yang menggunakan ketokohannya ingin terlibat dalam menggapai posisi hak Politik kesulungan OAP diatas tanahnya sendiri, dalam membangun di daerahnya.

Salah satunya, Ferdinand Risamasu, yang digadang – gadang ingin maju dalam bursa pencalonan kepala daerah di wilayah Kota Sorong, PBD, sebenarnya harus bisa legowo sebagai anak penginjil tidak harus merampas hak Kesulungan orang asli Papua. Sebab orang tua (Ayah,red) datang menginjil di Tanah Papua untuk mendidik, mengangkat, harkat dan martabat Orang asli Papua.

Tujuan para penginjil ke tanah Papua agar membuka tabir kegelapan menjadi terang. Terang itu akan menerangi setiap sendi kehidupan di tanah ini. Masih teringat doa para penginjil dikalah itu, bahwa : ” Tuhan kami datang ke negeri ini nan jauh dari asal kami, kami pertaruhkan semua jiwa raga kami untuk membuka tabir kegelapan, membawa terang Tuhan di tanah ini dan menjadi orang asli Papua menjadi tuan di negerinya sendiri “.

Doa, dan visi besar untuk tanah ini, puji nama Tuhan yang mempunyai tanah ini, hari ini, sejumlah Anak asli Papua sudah mulai berkembang dan menjadi pemimpin di tanah ini. Namun, sayang seribu sayang mimpi besar ini dikubur mentah-mentah didepan mata orang asli Papua, anak seorang penginjil bernama Ferdinand Risamasu membatalkan dan menghancurkan mimpi dan visi besar para penginjil untuk menjadikan orang asli Papua Tuan di Negerinya sendiri.

Sebab, sebagai anak penginjil sebenarnya harus malu sebab dengan maju merampas hak Kesulungan orang asli Papua itu artinya Ferdinand Risamasu menghancurkan mimpi besar sang Ayah dan para penginjil lainnya yang telah mengorbankan masa mudanya datang mengabdi di Tanah ini untuk menjadikan orang asli Papua tuan dinegerinya sendiri.

Majunya Ferdinand Risamasu sebenarnya telah menyakiti hati orang asli Papua. Ayahnya padahal telah membangun orang asli Papua dan mau menjadikan orang asli Papua tuan dinegeri sendiri, malah anaknya menghancurkan mimpi besar itu dengan merebut secara paksa hak Kesulungan orang asli Papua untuk menjadi tuan dinegeri sendiri.

Oleh sebab itu, Orang asli Papua pasti didalam lubuk hatinya yang dalam akan kecewa dan sakit hati dengan tindakan Ferdinand Risamasu apalagi seorang Doctor yang selangkah lagi menyandang gelar Guru Besar atau Profesor di Universitas cenderawasih di Jayapura Provinsi Papua.

Orang asli Papua akan mengatakan bahwa ternyata Anak-anak penginjil mau rebut kita punya hak Kesulungan juga kah????

Maka akan muncul kekecewaan mendalam, dan ingat ada pepatah mengatakan : “Nilai setitik merusak susu sebelanga”. artinya nanti, sikap seorang Ferdinand Risamasu yang melakukan perampasan hak Kesulungan orang asli Papua tapi Orang asli Papua akan beranggapan bahwa semua anak penginjil sama saja, mau rampas hak Kesulungan orang asli Papua. dan dari situlah akan muncul ketidakpercayaan orang asli Papua terhadap keturunan Anak-anak penginjil di Tanah Papua karena Bapak/kakek mereka membangun orang asli Papua tapi Anak-anak/cucunya menghancurkan mimpi besar orang asli Papua dengan memaksakan diri merebut Kursi Kepala daerah yang merupakan hak adat atau hak Kesulungan orang asli Papua.

Perlu dipahami bahwa dengan demikian dan selanjutnya hubungan orang asli Papua dan anak-anak penginjil akan menjadi renggang dan jauh, sebab alam berpikir orang asli Papua sangat sensitif terhadap hak Kesulungan mereka.

Jadi majunya Ferdinand Risamasu ini sadar tidak sadar akan merusak hubungan baik antar orang asli Papua dan Anak-anak penginjil ditanah Papua. Terkadang rakus akan jabatan membuat kita lupa menelisik ke belakang perjuangan orang tua kita. Terkadang rakus akan kekuasaan membuat orang lupa diri dan tidak tahu diri dan tidak punya urat malu.

Terkadang rakus akan jabatan membuat orang gelap mata dan mata hati tertutup.

Pemaksaan kehendak untuk merebut hak Kesulungan orang asli Papua yang dilakukan oleh Ferdinand Risamasu ini akan dicatat dalam catatan sejarah hidup orang asli Papua bahwa : “Ayahnya sudah susah payah membangun, masa sosok Anaknya menghancurkan Orang asli Papua dan dari situlah Orang asli Papua akan menghapus sejarah Perjuangan keluarga ini dalam catatan sejarah hidup orang asli Papua “. [*]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *