Lama Vakum, Ikatan Kerukunan Masyarakat Fakfak di Manokwari Bangkit dan Pilih Ketua Baru
MANOKWARI, gardapapua.com — Hampir vakum beberapa tahun terakhir, Ikatan Kerukunan Masyarakat Fakfak di Manokwari mulai bangkit.
Hal itu dibuktikan, melalui prosesi pemilihan unsur ketua rumpun kerukunan tersebut, di Manokwari, pada Sabtu (28/10). Musyawarah tersebut berlangsung sederhana, di kediaman Bpk. Harjanto Ambesapu, Reremi, Manokwari, Papua Barat.
Dalam musyawarah yang berlangsung sederhana, Hj.Hanan Heremba, terpilih sebagai Ketua Ikatan Kerukunan Masyarakat Fakfak di Manokwari.
Hanan Heremba unggul Dari 3 bakal calon lainnya, dengan meraih jumlah 73 suara. Sementara bakal calon lainnya yakni H. Mokse Rahakbauw hanya mengantongi 66 suara, Sonya Hindom 4, dan Jahra Hindom 8 suara.
Terpilih sebagai Ketua Ikatan Kerukunan Masyarakat Fakfak di Manokwari, Hj. Hanan Heremba mengatakan, bahwa dirinya lebih dahulu akan melakukan pendataan ulang seluruh masyarakat Fakfak di Manokwari, Papua Barat.
“Terima Kasih atas kepercayaan dan Amanat kepada saya. Sesuai visi dan misi saya, maka lebih awal saya lakukan pendataan masyarakat Fakfak di Manokwari, “Ujar Hj. Hanan Heremba.
Selain itu, dalam rangka menyelesaikan persoalan hak Ulayat asrama mahasiswa dan mahasiswi Fakfak di Manokwari yang kerap kali di palang oleh pemilik hak Ulayat, pihaknya juga akan memasukan persoalan dimaksud dalam agenda program kerja kedepannya.
Dirinya juga menyampaikan, bahwa Ikatan ini perlu memiliki fasilitas gedung yang dapat menampung mahasiswa dan juga pelajar yang hendak melanjutkan bangku pendidikan yakni bersekolah dan kuliah di perguruan tinggi di Manokwari selain asrama milik Pemda.
“Dalam waktu 20 hari, struktur pengurus akan terbentuk, untuk itu Saya selaku Ketua Terpilih, membutuhkan orang yang siap bekerja sama guna memajukan Ikatan Kerukunan Masyarakat Fakfak di Manokwari,”Harapnya
Demikian hal ini, sebagaimana Filosofi Satu Tungku Tiga Batu di Masyarakat Kabupaten Fakfak, Papua Barat, Mbaham Matta.
Dalam perjalanannya dikenal toleran terhadap perbedaan sejak dahulu, dan telah mengajarkan bahwa perbedaan justru menjadi sarana untuk menyatukan.
Marga-marga yang tergabung dalam Mbaham Matta hidup rukun serta saling bergotong royong, meski berbeda agama, yakni Islam, Protestan, dan Katolik. [TIM/RED]