Anda Ingin Ke Negeri Dollar Kota Migas Bintuni?? Siap – Siap Bertarung Dalam Lumpur.
Klik Tautan Video DiBawah Ini, Simak Dan Bagikanlah :
TELUK BINTUNI, gardapapua.com —Bertarung dalam Lumpur menuju Kota Migas, Kabupaten Teluk Bintuni itulah fakta keadaan yang akan anda temui jika hendak mengunjungi daerah tersebut, karena tentu tak semulus memicit kertas ‘Dollar’.
Lepas dari Kota Manokwari, dan melewati dataran daerah yang dikenal Gunung Botak, beberapa ruas titik jalan utama penghubung tiga daerah disisi kepala burung hingga ke bagian leher Peta Zona wilayah Pemerintahan Papua Barat, yakni Kabupaten Manokwari, Manokwari Selatan dan Kabupaten Teluk Bintuni, tepatnya di Distrik Mameh, sangat di penuhi dengan rintangan jalan yang dipenuhi lumpur dan tanah liat.
Kondisi Jalan berlumpur Di distrik Mameh selama ini menjadi momok bagi para pelintas dijalan tersebut baik dari Manokwari menuju Kabupaten Teluk Bintuni, dan sebaliknya ke Kota Manokwari, Provinsi Papua Barat.
Pasalnya, untuk melintasi jalan yang masuk dalam program Nawacita Presiden Joko Widodo ini, warga masyarakat harus melalui beberapa tantangan dalam perjalanan.
Dimana pada titik 160 km, tepatnya di ruas jalan gunung botak, Distrik Momiwaren, Manokwari Selatan kondisi jalan rusak dengan permukaan yang bergelombang Sekitar 20 km dari gunung botak ini masih didominasi oleh tanah liat, terlebih khusus jika pada kawasan itu tengah dalam keadaan basah bila turun hujan.
Kondisi makin berat setelah sampai di pertigaan ruas jalan Manokwari Wasior antara Mameh dan Bintuni, kontur jalan dipenuhi lumpur dan tanah liat.
Ditempuh dengan jarak sekitar 142 kilometer dari kota manokwari dengan waktu tempuh sekitar 7 – 8 Jam waktu normal dengan menggunakan mobil bermesin double gardan (4wd), dan menggunakan ban mobil yang tak lagi berstandar, Masyarakat berharap kondisi ruas jalan 20 KM ini mendapat segera perhatian Pemerintah untuk di benahi.
Hal tersebut dikarenakan, pada titik ruas jalan itu merupakan akses jalan penghubung lintas kabupaten utama yang digunakan masyarakat meningkatkan pertumbuhan perekonomian dari 2 Kabupaten di Papua Barat, salah satunya Kabupaten Teluk Bintuni Kota Migas.
Udin, salah satu supir Hilux lintas Kabupaten di Papua Barat saat bertukar informasi bercakap dalam perjalanan itu bercerita tentang kondisi jalan yang kerap dilaluinya. Udin kepada salah satu redaksi gardapapua.com menyebutkan, merupakan halangan rintangan dan kisah tersendiri baginya satu dari sekian puluh supir lainnya untuk tetap menekuni profesinya mengemudikan jenis kendaraan double gardan (4 wd) antar Kabupaten tersebut.
“Saya menjadi supir disaat kondisi jalan masih hancur, apalagi di daerah lumpur panjang, kami harus saling membantu antara sesama supir. kalau tidak kami tiidak akan sampai di Bintuni, ataupun sebaliknya jika mengarah turun ke Manokwari, “Ujar Udin Mengungkapkan.
Meski banyak jembatan yang sudah dibangun dan mempermudah mereka untuk melewati ruas jalan dari manokwari ke Bintuni, serta kondisi jalan yang sudah semakin bagus sehingga membuat mereka tidak perlu bermalam di Hutan seperti Zaman Mobil Hartop terdahulu, namun kerinduan untuk melihat kondisi pemerataan pembangunan jalan penghubung itu diharapkan dapat lebih di maksimalkan oleh Pemerintah.
Tak banyak dapat diungkapkan oleh si Udin, namun berdasarkan kacamata pantauan redaksi gardapapua.com saat melintasi jalur ini, sangat terpakau dengan kondisi jalan saat itu yang pada tepat Pukul 17.00 wit, Rabu (15/1/2019) kemarin merasakan arakan dan nuansa Off Road di jalur ruas jalan sepanjang 20 KM itu.
Tantangan itu sendiri didapati saat tim redaksi gardapapua.com tiba di distrik Tahota dan melihat antrian Mobil yang cukup panjang. Puluhan jenis Mobil double gardan (hilux dan triton), serta beberapa Truck bermuatan bahan pokok dan kebutuhan dagangan lainnya, terjebak dalam lumpur yang saat itu sedang di gemuruh rintik hujan.
Tak jarang dari pantauan gardapapua.com, terdengar Suara teriakan beberapa orang supir yang lagi mamandu sebuah Truck yang terjebak tepat di tengah jalan, ” Kiri-kiri, yoo balas, teriak salah satu supir memandu supir lainnya” keluar dari balutan lumpur tanah liat yang dipenuhi genangan air.
Suasana saat itu seperti ajang arena Off Road dimana bagi para supir, kondisi seperti inilah yang membuat mereka teringat kembali akan masa lalunya.
“Wah! kam boleh sudah pengalaman,baru tong yang belum lama jadi supir ini bisa apa,” Ungkap salah satu supir lainnya yang mengaku baru 3 tahun menjadi supir. Sementara itu, Udin supir Hilux yang ditumpangi oleh tim redaksi gardapapua.com hanya senyum.
“Kaka, sudah lama sekali baru saya alami kondisi seperti ini,” kata Udin merendah, sambil menjalankan Mobil karena sudah mendapat aba-aba dari beberapa rekan supir.
Lebih dari setengah perjalanan, tim redaksi gardapapua.com sempat berpikir, alam Papua yang begitu kaya akan sumber daya alam, namun kenapa kondisi ruas jalan di wilayah Manokwari selatan menuju Bintuni masih saja berlumpur jika turun hujan.
Untung saja Kabupaten Manokwari selatan telah di mekarkan sehingga pembangunan infrastruktur termasuk jalan dan jembatan semakin membaik dan hal ini sudah terlihat nyata.
Dimana sejak dilantik menjadi Bupati dan wakil Bupati Manokwari selatan pada bulan Februari tahun 2016, Bupati Markus Waran dan Wabup Wempi Rengkung sudah menunjukan kinerja mereka dibidang infrastruktur, terutama pembangunan sejumlah ruas jalan dan jembatan menuju Teluk Bintuni.
Segala upaya yang dilakukan oleh pihak Pemerintah Manokwari Selatan sudah tentu harus didukung dengan dana yang besar sehingga seluruh pembangunan Infrastruktur dapat berguna bagi berkembangnya ekonomi masyarakat yang betada di pinggiran sesuai dengan 9 program Nawacita yang dicanangkan oleh Presiden Jokowi. [Tim redaksi/KK/ian]