Bersama Putri Asli Minang, Billy Mambrasar Taklukan Universitas Harvard Dengan Beasiswa LPDP
JAKARTA, gardapapua.com — Staf Khusus Presiden, Billy Mambrasar, seorang putra asli Papua, melakukan wawancara ekslusif bersama Alumnus Harvard University, Nadhira Nurani Afifa, wanita cantik berdarah minang, lewat fitur live instagram. Nadhira memberikan pengalamannya kepada Billy Mambrasar untuk saling berbagi dan bertukar pikiran tentang pendidikan.
Bedanya adalah, Nadhira Afifa baru saja menyelesaikan pendidikannya dengan Beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), angkatan PK 123, sementara Billy Mambrasar, baru akan memulai studinya di Harvard, juga dengan Beasiswa LPDP, angkatan PK 128. Saat ini Billy Mambrasar juga tengah menyelesaikan pendidikannya di Universitas Oxford, dan sebelumnya telah menyelesaikan gelar Master dari The Australian National University, dimana dia dinobatkan sebagai Student of the Year 2015.
Beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), yang diterima oleh Nadhira dan Billy, adalah sebuah program beasiswa untuk melajutkan studi di tingkat Magister atau program Doktoral di Perguruan Tinggi di dalam maupun di luar negeri, dengan biaya yang ditanggung penuh. Beasiswa ini terbuka diberikan kepada Putra dan Putri terbaik bangsa Indonesia, dan siapa saja berhak menerimanya asalkan telah lolos seleksi.
Ada satu hal yang mencengangkan tentang Nadhira, bahwa bukan hanya dia lulus dengan nilai terbaik, Perempuan Minang cantik yang berhijab ini juga menjadi perwakilan angkatannya untuk membawakan Pidato kelulusan, dan ini untuk pertama kalinya dalam sejarah, seorang dari Indonesia, di fakultasnya: Harvard T.H. Chan School of Public Health pada tanggal 28 Mei 2020 lalu.
Nadhira dan Billy Mambrasar di Live Instagram yang disiarkan di akun youtube milik Billy Mambrasar tersebut, berdiskusi tentang berbagai topik. Salah satu pertanyaan yang kemudian muncul dari Billy kepada Nadhira adalah: “Bagaimana rasanya, menjadi seorang minoritas muslim dan perempuan di kampus terbaik Amerika Serikat ini?, apakah rasanya sama dengan yang Billy rasakan sebagai seorang minoritas di Indonesia?”
Nadhira memberikan respons yang cukup tenang, bahwa memang pandangan stereotype dari berbagai pihak, khususnya karena dia seorang perempuan berkerudung, terjadi. Ada banyak pertanyaan yang muncul dari rekannya, ketika Nadhira harus menjalankan Ibadah, tidak ikut pesta, dan menolak minum.
Akan tetapi bagi Nadhira, beberapa pertanyaan dan pandangan tersebut, malah merupakan kesempatan baginya, untuk memberikan penjelasan dan sebuah kesan yang baik tentang islam di Indonesia, yang penuh dengan perdamaian dan persaudaraan. Nadhira juga akhirnya bertemu dengan banyak teman-teman Muslim dan Muslimah lainnya dari negara-negara lain di dunia, dan membentuk sebuah komunitas untuk berbagi pengetahuan, dan pengalaman dan saling mendukung.
Ingin mengikuti Jejak Nadhira, Billy berjanji akan mencoba mengulang kesuksesan studinya di Australia dengan Prestasi yang sama di Harvard nanti.
“Saya ingin membawa nama Indonesia harum di institusi pendidikan yang melahirkan banyak Presiden Amerika dan pemenang penghargaan nobel ini, dan menginspirasi anak-anak Indonesia yang berasal dari kampung seperti saya, bahwa Kita pun bisa!,”Ujar pendiri Yayasan Kitong Bisa ini dengan penuh semangat.
Nadhira dan Billy telah membuktikan bahwa anak-anak Indonesia, dari suku manapun, dari pulau manapun, dari Sabang sampai Merauke, semua memiliki kemampuan yang sejajar dengan anak-anak lain di dunia, dengan berhasilnya mereka berdua lolos masuk ke Universitas Harvard.
Untuk dapat membantu pemuda dan pemudi Indonesia lain mengikuti jejaknya, Billy Mambrasar membuka layanan konsultasi beasiswa gratis bersama Yayasan Kitong Bisa untuk mereka yang tertarik mengikuti seleksi beasiswa untuk studi lanjut di Luar Negeri.
Diskusi lengkap Nadhira dan Billy Mambrasar, dapat dilihat di akun youtube: Billy Mambrasar. Klik link berikut ini untuk melihat video lengkapnya :