Penanggulangan Stunting Disorsel Dinilai Belum Merata, Begini Respon Instansi Teknis
MANOKWARI, gardapapua.com — Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi.
Beberapa waktu terakhir beredar sejumlah gambar dan foto terkait di sosial media terutama sejumlah grup Whatsapp yang mencerminkan masih belum tercapainya pemerataan penanggulangan kasus kasus stunting di Kabupaten Sorong Selatan (Sorsel).
Sesuai informasi dihimpun dan dikutip pada laman gizi.kemenkes.go.id, misalnya, diketahui pada tahun 2018/2019 angka kasus gizi buruk masih terjadi dan dialami oleh masyarakat yang tersebar pada sejumlah wilayah perkampungan di Kabupaten Sorong Selatan (Sorsel).
Terkait hal ini, ketika dikonfirmasi gardapapua.com, Rabu (20/11/2019) malam, Kepala Dinas Kesehatan Papua Barat, Otto Parorrongan, selaku instansi teknis menyebutkan bahwa, Kasus stunting bukan hanya ada di Papua Barat tetapi hampir terjadi di seluruh Indonesia, baik ditingkat Pusat kordinator pelaksanaan penanggulangan stunting adalah Setneg Wakil Presiden, di provinsi dan kab/kota adalah Bappeda.
Adapun menanggapi Penanggulangan stunting/manusia kerdil/kecil dan pendek dipapua barat telah dilakukan sejak tahun 2018 kemarin.
“Jadi kita mulai thn 2018 dengan lokus Kab, Sorong Selatan, dan Kab. Tambrauw. Thn 2019 : Sorong Selatan, Tambrauw, Manokwari, Pegaf dan Kota Sorong. Thn 2020 semua Kab/kota menjadi lokus penanggulangan stunting,”Ungkap Kadinkes Otto Parorrongan.
Menurutnya, terkait penanganan stunting yang ada di Indonesia, khususnya di Provinsi Papua Barat, merasa memerlukan suatu koordinasi yang terintegrasi menyeluruh semua pihak stakeholder terkait.
Sebab, penanganan stunting sudah menjadi salah satu gerakan dan program prioritas nasional, pemerintah pusat dan pemda perlu terus mengedukasi pentingnya perbaikan gizi dan pola hidup sehat, penguatan layanan kesehatan dasar berkualitas, dan pembangunan infrastruktur sanitasi dan air bersih di wilayah-wilayah yang rawan gizi buruk.
” Ini kerja bersama untuk menjamin kecukupan gizi untuk balita dan ibu hamil dengan menggalakkan program imunisasi dan pemberian makanan sehat dan bergizi. Sebab ini mengingat juga kondisi perekonomian sosial masyarakat,”Jelasnya
Otto menambahkan, bahwa terkait informasi yang beredar mengenai para penderita diduga stunting atau gizi buruk pada Kampung Konda dan Kampung Wamargegen misalnya, sejak tahun 2018 sudah ditangani pihak puskesmas setempat.
“Tahun kemarin program ini sudah berjalan dengan pemda sorsel dan sampai sekarang masih terus kami lakukan. Jadi ini sesungguhnya sudah dalam tahap penanganan,”Cetusnya
” Menurut saya, Kasus ini sudah ditangani oleh tenaga kesehatan / Puskesmas,”Tutupnya menambahkan.[Ian/Red]