Aspirasi RakyatDaerahGarda Papua BaratGarda Teluk BintuniReligi

Hangat dalam Silaturahmi : KKLR Manokwari Gelar Buka Puasa Bersama, Bukti Kokohnya Semangat Kekeluargaan di Perantauan

MANOKWARI, gardapapua.com – Badan Pengurus dan Anggota Kerukunan Keluarga Luwu Raya (KKLR), Kabupaten Manokwari, Papua Barat, menggelar buka puasa bersama yang dilaksanakan pada Sabtu (22/3/2025), kemarin.

Kegiatan penuh kekeluargaan dan harmonis ini dilaksanakan bertempat di halaman Coffee Master, Jl. Trikora Taman Ria, Manokwari. Terpantau, saat petang di saat langit Manokwari mulai redup, hampir secara keseluruhan lapisan anggota Kerukunan Keluarga Luwu Raya (KKLR), telah dalam keteduhan ramadan berkumpul untuk mengikuti rangkaian kegiatan penuh hikmat ini.

Ketua panitia pelaksana, Aswadi, S.I.K., dalam laporannya menyampaikan rasa syukur atas antusiasme warga. Aswadi menyebut, jika kegiatan buka puasa bersama yang dilakukan tersebut sebagai wujud pammesaran atau kebersamaan mematangkan keharmonisan Badan Pengurus dan Anggota Kerukunan Keluarga Luwu Raya (KKLR), dalam nuansa bulan suci ramadan 1446 H/2025 M.

“Alhamdulillah, lebih dari 400 orang hadir. Ini bukti bahwa semangat kebersamaan Luwu Raya di perantauan tidak pernah padam,”Beber Aswadi penuh bangga.

Terbukti, tenda putih-hijau yang berdiri megah menyambut ratusan warga Luwu Raya yang perlahan berdatangan terisi padatnya anggota dikesempatan itu. Balutan baju muslim, suara lantunan ayat suci, dan aroma takjil menjadi pertanda hadirnya sebuah momentum istimewa yakni Buka Puasa Bersama Kerukunan Keluarga Luwu Raya (KKLR) Kabupaten Manokwari.

Acara yang diinisiasi oleh pengurus KKLR Manokwari ini bukan sekadar pertemuan rutin tahunan. Ia telah tumbuh menjadi simbol kebersamaan, tempat seluruh lapisan warga – tua, muda, perempuan, tokoh agama, pemuda, dan anak-anak – menyatu dalam suasana hangat, tanpa sekat.

Sorotan acara buka puasa bersama ini juga mengarah pada sosok Ahmad Kuddus, S.T., sang Ketua KKLR Papua Barat sekaligus Anggota DPR Papua Barat, yang hadir bersama istri dan ketiga anaknya. Dalam balutan busana putih dan senyum bersahaja, ia berdiri bukan hanya sebagai tokoh politik, tetapi sebagai ayah, suami, dan pemimpin komunitas yang membumi.

Dalam sambutannya, Ahmad Kuddus menyampaikan pesan kebersamaan yang menyejukkan bahwasannya Acara ini menjadi momentum penting bagi keluarga besar Luwu Raya untuk mempererat silaturahmi serta memperkuat soliditas sesama perantau asal Luwu Raya di Wilayah Papua Barat.

“Di tanah rantau ini, kita harus saling menjaga. KKLR adalah rumah kita bersama. Pilar-pilar KKSS adalah saudara-saudara kita. Kalau kita kuat bersama, tak ada tantangan yang tak bisa kita hadapi,”Ujar Ahmad Kuddus, disambut tepuk tangan hangat dari para tokoh dan warga.

Kehadirannya bersama keluarga besar menegaskan bahwa nilai yang ia bawa sebagai pemimpin tidak hanya bersumber dari kapasitas politik, tetapi juga dari nilai-nilai kekeluargaan yang ia praktikkan setiap hari.

Di sela-sela sesi santai, Ahmad Kuddus membaur dengan para sesepuh, menyapa para pemuda, dan berdialog hangat dengan para ibu rumah tangga yang membawa anak-anak mereka. Gestur-gestur kecil itu menunjukkan betapa komunitas ini hidup bukan hanya dari struktur, tetapi dari relasi antar manusianya.

Kehadiran Pilar-Pilar KKSS : Bukti Solidaritas Kolektif

Acara ini juga diramaikan oleh para ketua dan perwakilan pilar KKSS dari berbagai daerah asal, di antaranya Pilar Maros, Bone, Wajo, Soppeng, Luwu, dan Gowa. Salah satu tokoh yang turut hadir memberikan sambutan adalah H. Abdul Fattah, Wakil Ketua KKSS Papua Barat dan Ketua Pilar Maros.

“Saya bangga bisa hadir di tengah keluarga Luwu yang kompak dan solid. Ini bukan hanya soal acara buka puasa, ini tentang bagaimana kita mempertahankan nilai budaya dan persaudaraan,” ungkapnya.

Interaksi antar pilar berlangsung akrab. Tidak ada sekat antara jabatan dan usia. Dari sesi duduk santai, ramah-tamah, hingga sesi foto bersama – semuanya mencerminkan suasana kekerabatan sejati Sulawesi Selatan di tanah Papua.

Ceramah, Sholat, dan Bingkisan : Sentuhan Spiritual dan Sosial

Salah satu momen yang paling menghangatkan adalah ceramah singkat oleh Ustadz Ramli, yang mengangkat tema tentang keikhlasan dalam memberi dan pentingnya ukhuwah Islamiyah di tanah rantau. Suara beliau yang tenang dan kata-kata yang menyentuh menjadikan suasana makin reflektif.

“Berbagi itu tidak harus banyak. Tapi jika dilakukan bersama dan dari hati, ia menjadi berkah besar,” tutur ustadz Ramli.

Setelah adzan Maghrib berkumandang, warga bersama-sama berbuka dengan takjil yang telah disediakan. Lalu beranjak menuju barisan saf sholat Maghrib berjamaah. Suasana spiritualitas itu semakin memperkuat kesan bahwa KKLR tidak hanya membangun jaringan sosial, tapi juga merawat spiritualitas kolektif.

Acara ditutup dengan pembagian sembako oleh Ketua KKLR, Ahmad Kuddus, kepada para tokoh pilar dan warga. Sembako ini bukan sekadar paket bantuan, melainkan simbol rasa hormat dan perhatian kepada sesama. Warga pun menerima dengan senyum penuh syukur.

 

Potret Harmoni : Warga dan Keluarga

Wajah-wajah bahagia terlihat dari berbagai penjuru. Ibu-ibu muda berbalut hijab bunga, pemuda-pemuda bersarung dan bersongkok, hingga anak-anak kecil yang berlarian ceria. Tak sedikit yang mengabadikan momen melalui gawai mereka, terutama saat sesi foto bersama di depan backdrop.

Salah satu foto yang paling berkesan adalah ketika Ahmad Kuddus berdiri berdampingan dengan istri dan anak-anaknya, tangan tersusun dalam salam Ramadhan. Foto ini menangkap esensi utama acara: keluarga sebagai pondasi komunitas, dan komunitas sebagai perpanjangan kasih dari rumah itu sendiri.

Buka Puasa Bersama KKLR Manokwari bukan hanya sebuah agenda tahunan. Ia adalah ruang bertemunya nilai, identitas, dan cinta—yang dirangkai dalam sederhana namun berdaya. Lewat kepemimpinan Ahmad Kuddus dan kekompakan panitia serta pilar-pilar KKSS, acara ini telah menjelma menjadi ruang aktualisasi nilai budaya dan spiritual yang hidup dan menghidupi.

Di tengah dinamika sosial-politik Papua Barat yang kompleks, komunitas seperti KKLR menjadi contoh nyata bahwa masyarakat bisa tetap maju dan harmonis, jika dipimpin dengan hati dan dikawal oleh nilai-nilai persaudaraan. [TIM/RED]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *