Reses Jaring Asmara Nelayan di Manokwari, Ahmad Kuddus dengar sejumlah Keluhan dan Usulan
MANOKWARI, gardapapua.com – Anggota DPRP Papua Barat H. Ahmad Kuddus, S.T., dari Daerah Pemilihan (Dapil) Manokwari, Papua Barat, berkomitmen untuk memperjuangkan berbagai persoalan yang dihadapi nelayan di wilayah tersebut.
Hal ini terungkap dalam audiensi pertemuan tatap muka bersama Puluhan nelayan dari berbagai wilayah pesisir Manokwari yang berkesempatan hadiri acara reses yang digelar oleh H. Ahmad Kuddus, S.T., yang juga selaku Ketua Komisi II DPR Papua Barat dari Fraksi Golkar, pada Kamis (13/02/2025).
Dimana momen sore hari cerah dengan desiran Angin laut yang berhembus pelan, membawa aroma khas pesisir yang berpadu dengan suasana ramai di Coffee Master Bandara, bertempat di Jl. Trikora Taman Ria, Manokwari, Papua Barat, semakin harmonis dengan diskusi yang terbuka didalam kesempatan menjaring aspirasi masyarakat (Asmara,red) tersebut.
Dalam pertemuan ini, satu permasalahan utama menjadi sorotan dalam pembahasan tersebut adalah perihal terbatasnya kuota SPBN (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan) yang dinilai tidak mampu mencukupi kebutuhan BBM para nelayan di Wilayah Manokwari.
Keluhan demi keluhan disampaikan dengan penuh semangat oleh para nelayan. Mereka mengungkapkan bagaimana keterbatasan SPBN di Manokwari telah menyulitkan aktivitas mereka sehari-hari.
SPBN Kurang, Nelayan Kesulitan Melaut :
Di antara mereka, seorang nelayan dari Kwawi berbicara dengan nada serius, “Kitorang ini bukan malas kerja, Pak, tapi SPBN cuma satu. Nelayan di Manokwari banyak, jadi sering antre panjang. Kadang kalau BBM habis sebelum kitong dapat, ya sudah, tidak bisa melaut,”Ungkap Salah satu nelayan secara serius.
Keluhan ini diamini oleh Warandani, nelayan dari Fanindi yang sudah lama menghadapi permasalahan serupa. “Pak, ini bukan soal harga BBM yang mahal, tapi stoknya tidak cukup untuk kitong semua. Kalau SPBN kosong, kitong harus cari ke pengecer, itu bikin biaya makin tinggi,”Sambung Mereka.
Dengan hanya satu SPBN untuk melayani ratusan nelayan di Manokwari, sering kali stok BBM bersubsidi cepat habis sebelum semua nelayan mendapatkan jatahnya. Hal ini memaksa sebagian dari mereka untuk membeli BBM dari sumber lain dengan harga lebih tinggi, atau bahkan menunda melaut hingga pasokan kembali tersedia.
Masalah ini juga mempersulit distribusi hasil tangkapan. Tanpa BBM yang cukup, nelayan hanya bisa menangkap ikan dalam radius yang terbatas. “Kalau kitong dapat ikan banyak, tapi tidak bisa kirim ke pasar karena BBM tidak cukup, mau bagaimana?” ujar seorang nelayan dari Kenari Tinggi,”Papar mereka.
Menurut Peraturan Menteri ESDM No. 13 Tahun 2018, SPBN seharusnya menjadi sumber utama BBM bagi nelayan kecil. Namun, dengan kapasitas yang terbatas, banyak nelayan tidak mendapat manfaat dari kebijakan ini.
Menanggapi hal ini, H. Ahmad Kuddus, S.T. berjanji akan mengawal usulan penambahan SPBN di Manokwari.
“Saya paham betul kondisi ini. Nelayan kita banyak, tapi kalau SPBN cuma satu, jelas tidak cukup. Saya akan koordinasi dengan Dinas ESDM dan pemerintah daerah agar SPBN baru bisa ditambah. Kalau kita ingin nelayan sejahtera, maka kita harus memastikan mereka bisa melaut tanpa kendala BBM,”Tegas Ahmad Kuddus.
Bantuan Perahu Fiber : Kebutuhan Mendesak bagi Nelayan Kecil
Selain masalah SPBN, para nelayan juga mengeluhkan perahu yang sudah tua dan tidak layak pakai. Banyak yang masih menggunakan perahu kayu yang mulai lapuk dan tidak tahan menghadapi ombak besar.
“Pak, tong ini nelayan kecil. Perahu masih kayu, su lapuk. Kalau bisa ada bantuan perahu fiber, supaya tong bisa lebih aman melaut,”Ungkap Dani Alibaba.
Masalah ini sejalan dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 18 Tahun 2021, yang sebenarnya telah mengatur bantuan sarana dan prasarana perikanan bagi nelayan kecil. Namun, implementasinya masih minim di Manokwari.
H. Ahmad Kuddus, S.T. menegaskan bahwa program bantuan kapal fiber harus menjadi prioritas, sehingga selaku corong perpanjangan Masyarakat di Parlemen, ia akan mencoba mengawal hal tersebut dan bersinergi dengan instansi dinas terkait agar kiranya dapat dianggarkan didalam APBD, dan ia akan mengawal agar realisasinya tepat sasaran.
“Banyak nelayan kecil di Manokwari yang butuh kapal lebih layak. Kita akan dorong agar program ini bisa terealisasi dalam APBD,”Sebutnya.
Rumpon Ikan Merah : Alternatif Tangkap yang Lebih Menguntungkan
Nelayan juga menyampaikan kebutuhan akan rumpon untuk ikan merah, karena sebagian besar rumpon yang tersedia saat ini lebih cocok untuk ikan tuna.
“Pak, jangan cuma ikan tuna saja. Kitong butuh rumpon untuk ikan merah juga, karena masyarakat pesisir lebih banyak tangkap ikan merah,”Ucap seorang nelayan dari Kenari Tinggi.
Penangkapan ikan merah lebih banyak dilakukan oleh nelayan kecil yang tidak memiliki modal besar untuk kapal besar seperti nelayan tuna. Namun, tanpa rumpon yang sesuai, mereka harus mencari ikan lebih jauh, yang tentu saja memerlukan BBM lebih banyak dan sesuatu yang sudah menjadi kendala utama mereka.
Pemberdayaan Ibu-Ibu Nelayan : Potensi yang Belum Tersentuh dengan baik
Di sela-sela diskusi, sejumlah para ibu-ibu nelayan juga menyampaikan aspirasi mereka. “Kitorang ini istri nelayan, Pak. Suami pergi melaut, kitong di rumah urus hasil tangkapan. Tapi tidak ada perhatian buat kitong, padahal kitong juga kerja,” ujar seorang ibu dari Biryosi.
Mereka berharap ada pelatihan pengolahan ikan, home industry, dan akses modal usaha kecil agar hasil laut bisa memiliki nilai tambah. Seperti diketahui, bajwa konsep Pemberdayaan perempuan nelayan sebenarnya sudah diatur dalam Peraturan Menteri KKP No. 28 Tahun 2021, tetapi implementasinya di daerah masih sangat minim.
Terkait itu, H. Ahmad Kuddus, S.T., berjanji akan mendorong dan mengawal program pelatihan dan bantuan usaha bagi ibu-ibu nelayan.
Pendidikan dan Infrastruktur Pesisir : Masa Depan yang Perlu Diperjuangkan
Tak hanya ekonomi, masyarakat pesisir juga mengeluhkan akses pendidikan dan infrastruktur yang kurang memadai.
Bu Sayor dari Sanggeng menyampaikan keluhannya, “Anak-anak kitong butuh pendidikan, Pak. Kalau bisa, beasiswa khusus buat anak nelayan dan OAP harus diperhatikan,”Paparnya
Sementara itu, banyak masyarakat pesisir mengeluhkan jalan lingkungan yang rusak dan kurangnya penerangan jalan, yang menghambat aktivitas mereka.
“Malam gelap, jalan rusak, padahal kitong butuh akses yang baik untuk jual ikan hasil tangkapan,”Ujar seorang warga dari Sanggeng.
H. Ahmad Kuddus, S.T. menegaskan bahwa ia akan mengawal usulan beasiswa khusus untuk anak nelayan dan OAP, serta perbaikan infrastruktur pesisir dalam APBD.
Harapan Nelayan dan Komitmen Perubahan :
Menjelang akhir acara, suasana menjadi lebih akrab. Nelayan, ibu-ibu pesisir, dan wakil rakyat duduk bersama, berbincang tentang masa depan.
Seorang nelayan dari Fanindi menutup diskusi dengan harapan sederhana, “Kami tidak minta lebih, Pak. Yang penting kami bisa melaut dengan tenang, anak-anak kami bisa sekolah, dan hidup kami lebih baik.”
H. Ahmad Kuddus, S.T. menegaskan bahwa ini bukan akhir dari komunikasi, melainkan awal dari perjuangan bersama.
Saat matahari mulai tenggelam di ufuk barat, satu per satu mereka meninggalkan lokasi dengan senyum dan harapan. Nelayan-nelayan Manokwari mungkin masih akan menghadapi ombak besar di laut, tetapi setidaknya, hari ini, suara mereka telah didengar.
“Dari laut kami hidup, dan kepada laut kami kembali. Yang kami butuhkan hanyalah kepedulian, agar kehidupan kami di pesisir tidak hanya sekadar bertahan, tetapi berkembang dan sejahtera,”Tukasnya. [TIM/RED]