Aksi Damai, Begini Seruan Alumni Mahasiswa Jatim di R4
WAISAI, gardapapua.com — Aksi Solidaritas menolak dan mengutuk dengan keras aksi rasisme dan radikalisme terhadap mahasiswa Papua di kota Surabaya dan Malang, juga di laksanakan di Kabupaten Raja Ampat.
Aksi damai tersebut, sesuai pantauan gardapapua.com, senin (19/8/2019) kemarin berangsur aman dan tertib dilaksanakan para kelompok warga, secara khusus mereka yang tergabung didalam komunitas para alumni mahasiswa lulusan sejumlah unversitas di Jawa Timur (Jatim, red).
Aksi damai ini dituangkan masa, melalui rangkaian longmarch mulai dari depan Pos Lantas waisai raja ampat, melewati jalan tiga puluh menuju kantor DPRD Kabupaten Raja ampat.
Aksi ini, turut dikawal ketat oleh aparat keamanan TNI/Polri, sejak pukul 15.30,WIT. Setibanya di kantor DPRD Raja Ampat, Aksi masa tersebut di sambut baik oleh beberapa anggota DPRD Raja ampat, yakni Ketua DPRD renold bulla, para anggota seperti alberd mayor, charles Imbir, sem sauyai, veronica watem, ismail saraka, yoris rumbewas, dan sartiel mambrasar.
Aksi masa yang merupakan Alumni dan sejumlah masyarakat, salah satu poin penegasan tersebut adalah menyeruakan dan meminta kepada jajaran DPRD yang adalah lembaga wakil rakyat di daerah, untuk menyikapi persoalan Rasisme, intimidasi yang di berlakukan kepada mahasiswa Papua di setiap kota studi di luar daerah papua harus dipertegas.
Ini dengan maksud, agar dalam hal – hal kejadian seperti ini tidak menimbulkan gejolak dan persoalan yang meluas dan aka berdampak pada kericuhan anarkis di wilayah tanah Papua seperti seperti yang terjadi di Kota Manokwari dan Sorong.
Dalam aksi tersebut juga, para alumni mahasiswa asal jatim di Raja Ampat lalu menyampaikan seruan nasional tertulis yang ditujukan kepada orang nomor satu di negara kesatuan republik indonesia, yakni presiden Ir. Joko Widodo, sebagaimana yang dibacakan oleh kordinator aksi tersebut.
Perihal seruan tertulis para demonstran damai antara lain :
1. Meminta Bapak Presiden Republik Indonesia melalui jajarannya menindak tegas oknum-oknum atau ormas- ormas yang menimbulkan keadan rasisme terhadap orang papua di depan asrama papua di surabaya.
2. Alumni mahasiswa jawa timur di Raja Ampat, meminta kepada Bapak Presiden republik indonesia untuk melihat insiden yang yang terjadi di kota surabaya, kota semarang, dan kota malang yang berakibat adanya penangkapan dan atau pengosongan asrama mahasiswa papua oleh aparat keamanan, kami menghargai upaya hukum yang dilakukan aparat keamanan sepanjang dilakukan secara proporsional, profesional dan berkeadilan, aparat keamanan diharapkan untuk tidak melakukan pembiaran atas Tindakan persekusi dan atau main hakim sendiri oleh kelompok atau individu, yang dapat melukai hati masyarakat papua, hindari adanya tindakan- tindakan mengganggu represif yang dapat menimbulkan korban jiwa, kegaduhan politik dan rasa nasionalisme sesama anak bangsa.
3. Meminta kepada Bapak Presiden untuk melihat bahwa propinsi papua dan papua barat merupakan wilayah RI yang dikenal sebagai miniatur indonesia yang berbhineka tunggal ika, penduduk papua dan papua barat beragam, multi etnis, multi agama , multi budaya yang hidup berdampingan masyarakat asli papua menyambut baik dan memberlakukan masyarakat non- papua secara terhormat dan sejajar, oleh karena itu kami berharap kehadiran masyarakat papua diseluruh wilayah indonesia harus juga di perlakuan sama. Ini merupakan komitmen kita bersama sebagai anak bangsa untuk mewujudkan indonesia yang damai, berdaulat secara politik, mandiri, ekonomi dan beretika secara budaya,
4. Meminta kepada Bapak Presiden untuk menyerukan kepada masyarakat non-papua diseluruh tanah papua dan seluruh indonesia, agar ltetap menjaga harmoni kehidupan dan tidak melakukan hal-hal atau tindakan- tindakan yang inkontitusional, seperti persekusi main hakim sendiri memaksakan kehendak, bertindak rasis dan diskriminatif, intoleran dan lain-lain yang dapat melukai hati masyarakat papua serta mengganggu harmoni kehidupan berbangsa dan bernegara.
5. Kami selaku alumni jawa timur meminta kepada Bapak Presiden untuk menyampaikan kepada seluruh Gubernur, Bupati, Walikota di seluruh indonesia untuk ikut melakukan pembinaan dan pemahaman ideologi dan wasbang terhadap pelajar atau mahasiswa papua di wilayah masing- masing sebagaimana, kami juga bertanggung jawab untuk melakukan pembinaan kepada pelajar, mahasiswa, masyarakat non-papua yang berasal dari luar papua, hal ini merupakan upaya kita bersama untuk mencegah adanya insiden surupa dimasa yang akan datang sekaligus dalam rangka merajut rasa nasionalisme, persatuan dan kebersamaan sebagai anak bangsa.
Sementara itu, menyikapi aksi masa tersebut, ketua DPRD Raja Ampat reinold bulla lalu menyatakan, bawa terkait masukan dan seruan ini, pihaknya segera melakukan upaya kordinasi secepatnya dengan rekan- rekan anggota DPRD, agar seruan nasional ini di sampaikan kepada presiden.
Terpisah, dirinya juga menyampaikan rasa terharunya, dan kecewa dengan beberapa pernyataan bahasa yang telah dilontarkan para oknum tidak bertanggung jawab kepada mahasiswa papua.
“Saya pribadi juga ikut merasa kecewa dengan pernyataan yang sedang melukai hati saudara-saudara kita,”Terangnya
Hal senada di sampaikan juga oleh salah satu Anggota DPRD Raja ampat, alberd mayor, bahwa akan adanya rapat koordinasi, yang nantinya akan sampaikan kepada pimpinan daerah terlebih dahulu dalam hal ini adalah Bupati Raja Ampat, sebagai upaya menselaraskan harapan dan impian untuk mendukung dan menolak tindaan rasisme dan radikalisme harus disikapi tegas.
” Apapun bentuknya dan seperti apa untuk menindak lanjuti aksi ini, karena ini menyangkut harga diri orang Papua. Melontarkan bahasa monyet itu tidaklah etis. Karena sama sekali tidak punya pikiran seperti manusia, dan rasional memikirkannya,”Cetusnya
” Jadi saudara-saudara kita sama-sama bicara masalah ini, harapnya untuk itu tuntutan hari ini sebagai anggota DPR yang ada di sini kami upayakan melakukan kordinasi dengan eksekutif terkait aksi ini,”Jelasnya menambahkan.
Senada, anggota laonnya yakni charles imbir mengungkapkan, bahwa penggunaan kalimat nama binatang itu harus diluruskan dan tidak boleh terjadi. Sebab ini adalah dianggap sebagai proses diskriminasi, dan menyangkut rasialis.
Menurut dia, bahwa Indonesia tidak tuntas sepanjang ada diskriminasi karena merupakan penjajahan maka Penjajahan harus dihapuskan.
” Untuk itu kita tetap harus jaga kedamaian bahwa kita sesama manusia harus tetap saling sayang dulu soal kebangsaan kita harus tuntas,”Kata charles imbir.
“Sebagai Anak bangsa untuk menyatakan relasi stop dan tidak boleh dilakukan kita boleh berdebat untuk pembangunan jalan terus tapi kita tidak boleh saling menghina kira-kira itu yang bisa sampaikan,”Tutupnya [DM/RED]