Pasukan Tradisional Kodim 1801/Manokwari, Warnai HUT Kodam XVIII/Ksr Ke-3
MANOKWARI, gardapapua.com — Dalam rangka memeriahkan Hari Jadi Kodam XVIII/Kasuari ke-3 dan Hari Juang Kartika, Kodim 1801/Manokwari menampilkan Aksi Parade Pasukan Tradisional di Lapangan Upacara Makodam XVIII/Kasuari, Distrik Manokwari Selatan, Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat, Kamis (19/12/2019).
Dalam aksinya, Prajurit TNI dan PNS Kodim 1801/Manokwari memperagakan pasukan tradisional yang nan tampak di mata dengan menggunakan berpakaian sederhana dari bahan murahan, blacu biasa tanpa warna-warni dan hanya merah putih lambang ksatria yang melekat ditubuhnya serta bersenjatakan bambu runcing yang rela berkorban untuk kemerdekaan Bangsa Indonesia.
Aksi yang memukau dan teriakan para penonton itu mulai pecah saat Pasukan Tradisional melangkah dengan gerakan baris-berbaris pada zaman dulu yang diiringi dengan irama genderang nan perkasa. Namun pasukan tradisonal tersebut menunjukkan kepada masyarakat bahwa aksi ini merupakan media belaka sebagai sarana mengungkapkan lubuk kalbu yang lebih menyapa dalam keheningan dan kenangan yang indah di waktu silam
Dipertengahan pertunjukkan tersebut menampilkan Pangdam XVIII/Kasuari menerima Kelapa Muda dari pasukan tradisional dan meminum air kelapa tersebut. Karena dipertunjukkan tersebut juga menceritakan arti Kelapa Muda yang dulu terkenal sebagai bahan sesajen yang harus selalu ada pada saat upacara-upacara pada kelahiran, perkawinan ataupun upacara kematian. Disisi lain setenguk air kelapa muda mengandung makna yaitu pulihkan kembali segenap tenaga dan jiwa raga untuk maju menghadapi musuh di setiap medan perang.
Pada kesempatan tersebut, Dandim 1801/Manokwari Kolonel Inf J. Lumbantoruan, S.Sos, M.Si menyampaikan bahwa Aksi Pasukan Tradisional tersebut ditampilkan bertujuan untuk membangkitkan semangat juang yang membara kepada masyarakat terutama generasi muda agar dapat menegakkan dan menanamkan nilai-nilai 45 yang telah diwariskan dari para pahlawan yang kini tiada.
“Aksi Pasukan Tradisional tersebut merupakan pertunjukan napak tilas maupun kejadian sejarah kisah-kisah heroik para pasukan tentara yang masih menggunakan pakaian khas pejuang jaman dahulu lengkap dengan atribut dan bersenjatakan bambu runcing yang dikemas apik dalam sebuah cerita agar menghibur sekaligus membangkitkan jiwa Nasionalisme para masyarakat Indonesia khususnya Manokwari.” Tutup Kolonel Inf J. Lumbantoruan, S.Sos, M.Si. [Rls/Red]